makalah TEORI SISTEM DUNIA



TEORI SISTEM DUNIA
Teori sistem dunia merupakan sebuah pembagian kerja secara teritorial dalam produksi, pertukaran barang dan bahan mentah.  Pembagian kerja mengacu pada kekuatan dan hubungan produksi dalam ekonomi dunia secara keseluruhan. Pembagian kerja ini menyebabkan adanya dua daerah yang saling bergantung, yaitu negara inti dan negara pinggiran. Secara geografi dan budaya kedua negara tersebut sama sekali berbeda, satu fokus pada padat modal dan satu lagi pada padat karya. Sementara itu, negara semi periferi bertindak sebagai zona penyangga antara inti dan pinggiran serta memiliki campuran jenis kegiatan yang ada di negara inti dan periferi.


Teori sistem dunia muncul sebagai kritik atas teori modernisasi dan teori dependensi. Immanuel Wallerstein memandang bahwa dunia adalah sebuah sistem kapitalis yang mencakup seluruh  Negara di dunia tanpa kecuali. Sehingga, integrasi yang terjadi lebih banyak dikarenakan pasar (ekonomi) daripada kepentingan politik. Dimana ada dua atau lebih Negara interdependensi yang saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan seperti food, fuel, and protection. Juga, terdapat satu atau dua persaingan politik untuk mendominasi yang dilakukan untuk menghindari hanya ada satu Negara sentral yang muncul ke permukaan selamanya.

Wallerstein juga menjelaskan strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas, baik proses kenaikan kelas dari pniggiran ke semi pinggiran, dan proses kenaikan kelas dari semi pinggiran ke pusat. Untuk lebih jelasnya mengenai hal tersbut akan kami uraikan sebagaimana  berikut:

a.      Proses kenaikan kelas dari pniggiran ke semi pinggiran
Menurut Wallerstein melalui kenaikan kelas dari pinggiran ke semi pinggiran dengan menggunakan tiga strategi. Yakni:
1)      Dengan merebut kesempatan yang datang
2)      Melalui undangan
3)      Melalui kebijakan untuk memandirikan negaranya

b.    Proses kenaikan kelas dari semi ke semi pusat


Kunci utama terletak pada kemampuan negara semi pinggiran untuk menciptakan dan menyediakan luas pasar yang dipandang cukup besar (memperlusa pangsa pasar) untuk melegitimasi secara rasional penggunaan teknologi maju. Cara antara lain memperluas pasar domestik dengan jalan memperluas batas wilayah politik, missal mencaplok sebagian atau seluruh wilayah negara tetanganya juga dengan menaikkan harga impor, menurunkan biaya produksi barang dalam negeri, dengan cara mensubsidi atau menurunkan upah tenaga kerja, menaikkan daya beli riil masyarakat dan lain-lain.

A. MODEL TRI KUTUB
Terdapat satu konsep dalam perspektif sistem dunia, yaitu konsep negara semi pinggiran (semi periferi). Dalam konsep ini terkandung ajaran sistem dunia yang menjelaskan berbagai kemungkinan perubahan status relatif satu negara di dalam sistem ekonomi kapitalis dunia. Menurut Wallerstein, dunia terlalu kompleks untuk dijelaskan dengan model dwi kutub, yakni sentral (inti) dan pinggiran (periferi). Banyak negara yang terletak di antara dua posisi tersebut yang tidak dapat dan tidak tepat untuk dikategorikan sebagai negara sentral maupun negara pinggiran. Ada dua alasan utama mengapa sistem ekonomi kapitalis dunia yang ada sekarang ini memerlukan kategori semi pinggiran. Pertama, polarisasi sistem dunia yang menjadi dua kutub, dengan hanya sedikit yang memiliki status tinggi dan harus berhadapan dengan amat banyak yang memiliki status rendah, akan mudah menyebabkan disintegrasinya sistem dunia. 
Oleh karena itu, perlu diciptakan kategori menengah untuk menghindari krisis tersebut. Kedua, untuk membantu pembentukan iklim dan daerah ekonomis baru yang diperlukan oleh para pemilik modal untuk memindahkan modalnya dari tempat yang sudah tidak efisien lagi ke tempat baru yang sedang tumbuh. Tempat baru ini yang disebut Wallerstein sebagai negara semi pinggiran. Bagi Wallerstein, negara semi pinggiran memiliki dua karakteristik pokok. Pertama, negara tersebut memiliki posisi tawar-menawar perdagangan yang berbeda dengan negara pinggiran. Pertukaran barang yang terjadi antara negara sentral dengan negara semi pinggiran menggambarkan pertukaran antara barang yang diproduksi dengan upah tinggi dengan barang yang diproduksi dengan upah rendah sehingga menghasilkan pertukaran yang tidak seimbang. Kedua, negara semi pinggiran memiliki kepentingan langsung untuk mengatur dan mengawasi pertumbuhan pasar dalam negeri.
  • Inti
Negara inti merupakan negara kapitalis dominan yang mengeksploitasi negara periferi dalam hal tenaga kerja dan bahan-bahan mentah. Negara ini paling diuntungkan dalam sistem ekonomi kapitalis. Sebagian besar negara di Eropa Barat(InggrisBelandaPerancis) merupakan kawasan inti pertama. Secara politik, negara-negara tersebut mengembangkan pemerintahan pusat yang kuat, birokrasi yang ekstensif dan tentara yang besar. Hal ini memungkinkan kaum borjuis lokal mendapatkan kontrol atas perdagangan internasional dan surplus modal dari perdagangan tersebut untuk keuntungan mereka sendiri.
  • Periferi
Negara periferi bergantung pada negara inti dalam hal modal. Karakteristik negara ini ditunjukkan dengan industrinya yang masih terbelakang. Negara periferi tidak memiliki pemerintah pusat yang kuat atau dikendalikan oleh negara-negara lain, bahan baku diekspor ke negara inti dan bergantung pada praktik kerja yang koersif. Negara inti mengambil sebagian besar surplus modal yang dihasilkan oleh pinggiran melalui hubungan perdagangan yang tidak adil. Negara di Eropa Timur (terutama Polandia) dan Amerika Latin menunjukkan karakteristik dari negara periferi. Di Polandia, raja kehilangan kekuatan untuk menjadi eksportir utama gandum ke seluruh Eropa. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah dan mudah dikontrol, tuan tanah memaksa pekerja di desa menjadi budak di perkebunan komersial mereka.  
Di Amerika Latin, penaklukan Spanyol dan Portugis menghancurkan struktur otoritas adat dan menggantinya dengan birokrasi yang lemah di bawah kendali negara-negara Eropa. Tuan tanah lokal yang kuat asal Hispanik menjadi petani kapitalis aristokrat. Perbudakan penduduk asli, impor budak Afrika, dan praktik kerja koersif memungkinkan ekspor bahan baku murah ke Eropa. Sistem tenaga kerja di kedua daerah periferi ini didirikan tidak hanya untuk konsumsi internal, tetapi juga untuk menghasilkan barang bagi ekonomi dunia kapitalis.
  • Semi periferi
Negara semi periferi bisa dikatakan sebagai negara inti yang mengalami penurunan atau negara periferi yang berusaha meningkatkan posisi dalam sistem ekonomi dunia. Contoh negara yang menurun dari negara inti menjadi semi periferi adalah Portugal dan Spanyol. Negara semi periferi lainnya saat ini adalah Italia, Jerman selatan dan Perancis selatan. Negara ini gagal mendominasi perdagangan internasional dan dengan demikian tidak mendapat keuntungan pada tingkat yang sama seperti negara inti.
  • Eksternal
Negara ini mempertahankan sistem ekonomi mereka sendiri sehinga berada di luar sistem ekonomi dunia modern. Rusiamerupakan negara yang berada pada sistem ekonomi ini. Rusia memasok gandum untuk pasar dalam negeri.Gandum ini juga diperdagangkan dengan negara di Asia dan Eropa. Akan tetapi, perdagangan di dalam negeri tetap lebih penting dibandingkan dengan perdagangan dengan negara lain.Kekuatan Rusia yang besar ini membantu ekonomi dalam negeri dan membatasi pengaruh dari luar.
B. Perbandingan Teori Dependensi dengan Teori Sistem Dunia 
Elemen perbandingan 
Teori dependensi 
Teori sistem dunia 
Unit analisa
Negara-bangsa
Sistem dunia
Metode kajian
Historis-struktural: masa jaya dan surut negara-bangsa
Dinamika sejarah sistem dunia: kecenderungan sekular dan irama perputaran (siklus)
Struktur teori
Dwi kutub: sentral dan pinggiran
Tri kutub: sentral, semi pinggiran dan pinggiran
Arah pembangunan
Deterministik ketergantungan selalu merugikan
Kemungkinan mobilitas naik dan turun
Arena kajian
Negara pinggiran
Negara pinggiran, semi pinggiran, sentral dan sistem ekonomi dunia
C. Karakteristik Teori Sistem Dunia 


1.      Teori sistem dunia berasumsi bahwa kesenjangan antara negara maju dan negara terbelakang tidak berkurang. Kesenjangan telah meluas sejak awal kapitalisme dan akan meluas dimasa mendatang.
2.      Wallerstein tokoh utama teori sistem dunia mengajukan pendapat yang dikenal dengan tesis immiserasi mutlak, yaitu bahwa kesenjangan yang meluas ini bersifat mutlak dari pada reatif. dengan kata lain negara-negara terbelakang mengalami kemandekan atau hanya maju sedikit saja dan akan cenderung akan merosot.
3.      Teori sistem dunia lebih condong ke teori ketergantugan, negara-negara terbelakang sekarang adalah akibat dari dominasi kelompok kapitalis pusat yang berabad-abad. Hampir semua negara ini selalu kalah jauh dari pusat, tidak hanya relatif tetapi mutlak. Namun demikian ada sedikit negara yang bisa memperbaiki posisi mereka dalam ekonomi dunia dengan memanfaatkan kesempatan yang tepat pada saat terjadi perluasan perkembangan kapitalis.

4.      Perspektif sistem dunia memandang dalam dunia terdapat suatu sistem antae negara dari negara-negara dan bangsa yang bersaing dan bertentangan yang terjalin dengan sangat dalam dengan ekonomi dunia kapitalis.

D. Tipe-Tipe Sistem Dunia

Ada dua tipe sistem dunia yang kami kutip dari "sosiologi; the key concepts " yakni: otoritas dunia (World Empiris) dan ekonomi dunia (World Economic) yang akan kami uraikan sebagaimana berikut:

1.      Otoritas Dunia (World Empiris)
peradaban cina, mesir, dan romawi kuno, merupakan otoritas dunia. Jenis sistem dunia ini diselenggarakan bersamaan dengan satu  pusat kekuasaan yang mengontrol distribusi sumber-sumber dunia. Jenis sistem dunia ini diselenggarakan bersamaan dengan satu  pusat kekuasaan yang mengontrol distribusi sumber-sumber dunia.  

2.      Ekonomi Dunia (World Economic)
ekonomi dunia,  sebaliknya, memiliki pusat kekuasaan yang beragam dan terintegrasi secara ekonomis oleh hubungan pasar. Ekonomi dunia muncul bersamaan dengan berkembangnya kapitalisme di eropa abad ke-16. Semenjak kemunduran romawi, tidak ada lagi otoritas dunia yang muncul di eropa, yang kala itu telah terpisah-pisah oleh negara-negara bangsa yang saling berkompetisi.Memasuki abad ke-16. Semenjak kemunduran romawi, tidak ada lagi otoritas dunia yang muncul di eropa, yang kala itu telah terpisah-pisah oleh negara-negara bangsa yang saling berkompetisi. Memasuki abad ke-16, para pedagang kapitalis dari barat laut eropa menciptakan jaringan hubungan yang menyebar antar negara-negara tersebut dan kemudian menyebar hampir keseluruh dunia. Tepat pada saat itulah untuk  pertama kalinya otoritas antar benua dari eropa ini berkembang. Namun menurut terminologi wallerstein, itu bukanlah otoritas dunia karena bukan unit yang mampu mencukupi diri sendiri.

TEORI KETERGANTUNGAN & TEORI SISTEM DUNIA
A. TEORI KETERGANTUNGAN
     Di era globalisasi ini sepertinya sangat sulit bagi suatu negara untuk melepaskan diri dengan negara lain. Hubungan antar negara sepertinya menjadi keharusan.  Andre Gunder Frunk mengatakan bahwa negara berkembang dan terbelakang harus memutuskan hubungan dengan negara maju supaya bisa maju.
teori ketergantungan secara garis besar bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1)    Teori Depensi Klasik
Teori ini digagas oleh Andre Gunder Frunk, yang menyatakan bahwa kapitalisme global akan membuat ketergantungan masa lalu dan sekarang oleh karena itu negara yang tidak maju dan berkembang harus memutuskan hubungan dengan negara maju supaya negara berkembang bisa maju.
2)    Teori Depensi Modern
Teori ini digagas oleh Fernando Henrigue Cardoso, teori ini menyatakan bahwa antara negara yang satu dengan lainnya perlu kerjasama dengan melihat karakteristik histori dari daerah tersebut.

    Selanjutnya Theonio Dos Santos memberikan definisi yang pada intinya menyatakan bahwa yang dimaksud ketergantungan   adalah suatu keadaan dimana kehidupan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari negara-negara lain dimana negara-negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibatnya. Dua pandangan pokok dari teori ketergantungan adalah negara-negara pinggiran yang pada kapitalis mempunyai dinamika sendiri, bila tidak disentuh oleh negara-negara kapitalis maju, akan berkembang secara mandiri dan justru karena sentuhan oleh negara-negara kapitalis maju ini, maka pertumbuhan negara pinggiran menjadi terhambat.
    Menurut Robert A. Packenham, teori ketergantungan itu memiliki kelemahan dan kekuatan. Packenham menyebutkan ada 6 kelemahan dari teori ketergantungan, antara lain:
1.    Menyalahkan hanya kapitalisme sebagai penyebab dari ketergantungan.
2.    Konsep-konsep inti, termasuk konsep ketergantungan itu sendiri à kurang didefinisikan secara jelas.
3.    Hanya didefinisikan sebagai konsep dikotomi.
4.    Sedikit sekali dibicarakan tentang proses yang memungkinkan sebuah negara dapat lepas dari teori tersebut.
5.    Selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
6.    Kurang membahas dengan teori lain (otonomi).

     Packenham juga mengatakan disamping kelemahan terdapat juga kekuatan dari teori ketergantungan, kekuatannya antara lain:
1.    Menekankan aspek internasional
2.    Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri.
3.    Membahas proses internal dari perubahan di negara-negara pinggiran.
4.    Menekankan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan-perusahaan multinasional.
5.    Membahas hubungan antar klas yang ada di dalam negeri.
6.    Mempersoalkan bagaimana kekayaan nasional ini dibagikan antar klas-klas sosial, antar daerah, dan antar negara.

     Contoh kasus yang bisa lihat dari teori ini terjadi pada negara kita sendiri yaitu Indonesia, pemanfaatan kekayaan alam yang dimiliki Negara Indonesia belum mampu dioptimalkan. Sehingga Dalam pemanfaatannya, negara Indonesia masih bekerja sama dengan negara maju dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. Kerjasama dalam mengekploitasi sumber daya alam di Negara Indonesia bisa kita lihat pada perusahaan Freeport yang berada di Papua. Perusahaan ini adalah perusahaan pertambangan yang berada di Papua/Irian Jaya, namun dalam eksploitasi pertambangannya Indonesia bekerjasama dengan Amerika untuk mengelola hasil dari sumber daya alam tersebut.dalam kenyataannya Amerika lebih mendominasi dalam urusan pengelolaan pertambangan di perusahaan Freeport, tentu ini akan sangat menguntungkan bagi pihak Amerika yang lebih dominan dan memiliki sifat monopolistic terhadap Negara pinggiran (Indonesia) dalam kerja sama mengelola sumber daya alam. Di sisi lain dengan adanya kerja sama dengan Amerika dalam mengelola sumberdaya alam dapat merugikan bangsa Indonesia selain adanya ketergantungan terhadap Negara maju juga menjadikan ekonomi Negara semakin melemah. Untuk hasil sumber daya alam ini pada akhirnya dijadikan komoditas perdagangan karena belum memiliki teknologi untuk mengolahnya lebih lanjut. Oleh karena itu, Negara Indonesia masih mengandalkan ekspor dari hasil alam mentah.

B. TEORI SISTEM DUNIA
     Teori sistem dunia merupakan reaksi terhadap teori depedensi yang dianggap tidak bisa menjelaskan gejala pembagunan di negara dunia ketiga. Yang bisa dijelaskan hanyalah gejala terjadinya keterbelakangan. Teori sistem dunia kemudia muncul sebagai ajaran baru kelompok pemikir pembangunan yang dipelopori oleh imanuel wallerstein. Wallerstein menujuk banyak peristiwa sejarah di dalam tata ekonomi kapitalis dunia (TEKD) yang tidak dapat dijelaskan oleh kedua perspektif sebelumnya, khususnya oleh teori depedensi baik yang klasik maupun yang kontemporer. Ada beberapa pandangan menurut beberapa ahli dalam merumuskan atau mendefiniskan teori sistem dunia :

1.  Immanuel Wallerstein
      Dia beranggapan bahwa dulu dunia dikusai oleh sistem-sistem kecil atau sistem mini dalam bentuk kerajaan atau bentuuk pemerintahan lainnya. Pada waktu itu belum ada siatem dunia. Masing-masing sistem mini tidak saling berhubungan. Dunia terdiri dari banyak sistem mini yang terpisah. Kemudian terjadi penggabungan-penggabungan, baik melalui penaklukan secara militer maupun secara sukarela. Wallerstein kemudian membagi tiga kelompok negara menjadi tiga bagian yakni: pusat, pinggiran, semi pinggiran. Konsep ini jelas diambil dari teori depedensi perbedaan inti  kelompok. Jelas, yang paling kuat adalah negara-negara pusat karena kelompok ini bisa memanipulasi sistem dunia sampai batas-batas tertentu. Selanjutnya negara semi pinggiran mengambil keuntungan dari negara-negara pinggiran yang merupakan pihak yang dieksploitir. Negara semi pinggiran berada pada posisi di tengah-tengah antar negara pusat dan pinggiran (baik dalam pengertian barang yang dihasilkan, upah buruh maupun keuntungan yang diharapkan bila terjadi pertukaran perdagangan).

2. James Petras
    Teori sistem dunia menurut Petras masih bertolak dari teori depedensi, namun unit analisisnya dirubah dari negara-bangsa kepada sistem dunia, sejarah kapitalisme dunia. Serta spesifikasi sejarah lokal. Menurut teori sistem dunia, dunia ini cukup dipandang hanya sebagai satu sistem ekonomi saja, yaitu sistem ekonomi kapitalis. Teori ini  berkeyakinan bahwa tidak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Wallerstein memandang kapitalisme sebagai suatu sistem dunia yang mempunyai pembagian kerja yang komplek secara geografis. Pandangan teori sistem dunia yang menganggap dunia sebagai sebuah kesatuan sistem ekonomi kapitalis mengaharuskan negara pinggiran menjadi tergantung pada negara pusat. Secara tidak langsung teori sistem dunia telah merujuk pada satu pernyataan yang memusatkan perhatiannya pada tatanan kelas.

     Dan dari teori ini kita bisa menilai apa yang terjadi, Teori sistem dunia (TSD) mengajukan konsep international division of labor dimana setiap negara memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan posisi mereka di dalam sistem ekonomi dunia. Menurut TSD struktur ekonomi dunia terdiri atas kelompok negara-negara pusat (core), semi-pinggiran (semi periphery) dan pinggiran (periphery).  Jika melihat dengan fenomena yang terjadi di Indonesia bahwa TSD sedang berlangsung di Indonesia di mana negara-negara pusat menguasai dominasi pasar bahan mentah pada skala global katakanlah Cina, Amerika dan lain-lain yang kemudian memprosesnya menjadi barang jadi dan mengekspor ke negara-negara lain termasuk indonesia yang notabene sebagai pengekspor bahan-bahan mentah tadi. Tentunya hal ini merugikan buat Indonesia yang menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang terpinggirkan di mana Indonesia kemudian terkondisikan dengan menjadi eksportir ke negara-negara industri yang tentunya lebih menguntungkan negara industri tersebut. Sekali lagi ketidakmampuan bangsa kita untuk menghasilkan produksi industri menjadi suatu ketidakmampuan bangsa kita untuk bangkit. Itu lah salah satu contoh yang terjadi dan berkaitan dengan teori sistem dunia.

Pluralisme

            Pluralisme berpegangan bahwa demokrasi didalilkan pada keragaman kepentingan dan penyebaran kekuasaan. Teori-teori pluralisme berkembang dari pemikiran ekonomi dan politik liberal. Di satu sisi, John Locke dan Jeremy Bentham menekankan hak milik individual dan inisiatif pribadi. Beberapa kedudukan pluralisme menurut para ahli, adalah :
1.      Pluralisme seringkali disebut sebagai teori demokrasi elitis, membedakan para penguasa dengan yang dikuasai namun menekankan perubahan-perubahan keanggotaan elit setiap saat. Vilfredo Pareto menyebutnya sebuah teori sirkulasi elit dan teori ini mirip dengan teori-teori kelas penguasa Gaetano Mosca. (pluralisme dan teori demokratis elitis)
2.      Pluralisme sebagai praktik fundamental dalam masyarakat pluralistik barat yang diwakili oleh Robert Dahl. (pluralisme dan poliarki)
3.      Pluralisme kadang dihubungkan dengan jalur-jalur pemikiran sosialis tertentu dan dalam posisi ini teori konflik dan konsensus dapat diterapkan. (pluralisme dan sosialisme).

         Pluralisme dan Teori Demokrasi Elitis
Inti dari teori demokrasi elitis klasik adalah bahwa di setiap masyarakat terdapat suatu minoritas yang membuat keputusan-keputusan besar. Asal usul teori ini berasal dari Plato, namun perluasannya terdapat dalam pemikiran Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca. Pareto merujuk pada gagasan sirkulasi kelompok elit yang mempunyai dua makna dasar. Di satu sisi, seorang elit mungkin akan digantikan oleh elit lainnya namin di sisi lain individu-individu bersirkulasi diantara dua tingkat yaitu strata elit yang tinggi dan strata nonelit yang rendah.
Pareto membagi strata tertinggi adalah kelas pemerintah (mereka yang langsung atau tidak langsung memerintah) dan elit non pemerintah (bagian elit lainnya yang tidak ada dalam pemerintahan). Berbeda dengan Pareto, Gaetano Mosca memberikan sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan konsepsi kekuasaan. Pertama, kelas penguasa jumlahnya lebih sedikit sementara kelas yang dikuasai lebih banyak dan terdominasi. Kedua, seandainya atau pada saat massa tidak terpuaskan, mereka dapat mempengaruhi kebijakan kelas penguasa. Ketiga, orang yang berada di pucuk pimpinan negara tidak dapat memerintah tanpa dukungan massa yang mampu menggulingkan kelas penguasa. Mosca mengakui bahwa terdapat adanya sirkulasi kelas atau elit dimana sebuah kelas lama digantikan oleh yang baru.
Mosca menambahkan bahwa sirkulasi elit dapat terjadi melalui asimilasi, kooptasi dan perubahan-perubahan moderat lainnya, seandainya melalui cara ini terhambat maka sirkulasi dapat pula terjadi melalui pemberontakan, revolusi, dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya. Kritik terhadap teori ini menyatakan bahwa teori demokrasi elitis melewatkan adanya kekuatan politik pemilihan umum dan partisipasi warga negara.
         Pluralisme dan Poliarki
Struktur kekuasaan terbagi-bagi, bukannya terorganisasi dalam satu pola hierarkis yang jelas. Ciri tatanan demokrasi ini adalah peluang-peluang bagi kemerdekaan pemikiran, konsensus dan perbedaan pendapat serta partisipasi politik, manajemen konflik secara damai dan pembatasan kekerasan serta luasnya kepercayaan dan loyalitas terhadap pemerintahan yang konstitusional dan demokratis.
Tiga konsep dari teori ini adalah :
1.      Kelompok kepentingan
2.      Kekuasaan
3.      Konflik
Pluralisme dan Sosialisme
            Dahl berpendapat bahwa pluralisme tidak lagi terbatas pada pemikiran borjuis barat dan dibedakan menjadi dua yaitu pluralisme organisasional dan pluralisme konfliktif. Pluralisme organisasional menyiratkan suatu peningkatan otonomi relatif terhadap peningkatan jumlah organisasi. Sedangkan pluralisme konfliktif merujuk pada jumlah dan pola belahan-belahan yang relatif berkelanjutan, yang harus diperhitungkan dalam mencirikan konflik-konflik di antra orang-orang tertentu. Dahl menunjukkan bahwa pluralisme organisasional tidak harus secara eksklusif menjadi produk kapitalisme sebagaimana sering diasumsikan. Ia percaya bahwa ekonomi sosialis dapat sangat terdesentralisasi dan pluralistik dan bahwa suatu tatanan sosialis yang terdesentralisasi dapat menciptakan pluralisme organisasional sebanyak atau bahkan lebih dari tatanan non sosialis.       Pluralisme organisasional tidak bergantung pada apakah sebuah negara menganut kapitalis atau sosialis dalam kepemilikan cara-cara produksi secara pribadi atau sosial, namun bergantung pada sejauh mana keputusan-keputusan terdesentralisasi dan otonomi diperbolehkan bagi badan-badan usaha. Teori-teori konflik dan konsensus berasumsi bahwa seluruh masyarakat secara tetap mengalami perubahan atau pencampuran antara konflik dan konsensus. Konflik menyiratkan suatu ketidaksepakatan tentang nilai-nilai dasar dalam masyarakat, sedangkan konsensus merujuk pada kesepakatan tentang nilai-nilai dasar. Derajat konflik dan konsensus dapat menetukan kestabilan atau ketidakstabilan masyarakat. Kaum pluralis pada umumnya beranggapan bahwa di Amerika Serikat dalam hal nilai-nilai dasar, konsensus jauh lebih besar daripada konflik.
Berbeda dengan Marxisme, ia lebih berfokus pada masyarakat kelas dimana beberapa orang secara pribadi memiliki cara-cara produksi dan merampas surplus pihak-pihak lain sehingga dibagi berdasarkan tenaga kerja yaitu antar pemilik dan para pekerja. Perjuangan elemen kelas bertentangan satu sama lain sehingga dalam pandangan Marx, kaum proletar mungkin dapat lebih kuat daripada para kapitalis karena mereka dianggap krusial dalam proses produksi. Di saat bersamaan para kapitalis meungkin menjadi lebih kuat karena mereka memiliki cara-cara produksi dan mengontrol mekanisme-mekanisme pemaksaan negara. Marx percaya bahwa perjuangan kaum proletar melawan kaum borjuis pada akhirnya akan menghasilkan penggantian masyarakat borjuis lama dengan sebuah masyarakat baru yang akan mengenyahkan kelas-kelas lewat perjuangan mereka.
Dengan demikian, pluralisme menggambarkan kekuasaan sebagai sebuah ciri kelompok-kelompok dalam masyarakat, sementara Marx memandang keseluruhan masyarakat dimana kekuasaan dihubungkan dengan perkembangan mode produksi, ideologi, kelas dan perjuangan kelas.

1 comment :